┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫━━━━━━━━━━━━━┓
🌦️༄ ﷽ ༄🌤️ BACAAN SUWAR (SURAT SURAT) SETELAH FATIHAH YANG DISUNNAHKAN DAN BACAAN DOA PADA SURAT SURAT TERTENTU
┗━━━━━━━━━━━━━💫᪇𖧷۪۪ᰰ⃟ꦽ⃟ ┛
(Dinti sarikan dari kitab Ahaditsu Ash Shalat dan Kaifa Tushalli karya Murobbi Ruhina KH. Muhammad Ihya' 'Ulumiddin Alumnus pertama Prof. DR. Al Muhadits Abuya As Sayyid Muhammad 'Alawiy Al Malikiy Al Hasaniy Rushaifah - Makkah)
༄🌤️MENURUT ULAMA HANAFIYYAH batal shalatnya jika sengaja membeca tasbih, tahlil, tarji', hauqolah, dll untuk menjawab seseorang atau menanggapi sesuatu yang terjadi dan tidak batal jika hanya untuk memuji, dzikir, dan membaca
༄🌤️MENURUT ULAMA MALIKIYYAH shalat tidak batal walaupun didalamnya membaca tahlil, tasbih, tarji', hauqollah, dll sekalipun untuk menjawab seseorang
༄🌤️MENURUT ULAMA HANABILAH shalat tidak batal ketika membaca tasbih, tahlil, atau dzikir karena menanggapi suatu peristiwa, dan makruh jika menyengaja selainnya
༄🌤️MENURUT ULAMA SYAFI'IYYAH shalat tidak batal secara mutlak ketika mendengar suatu ayat dan mengatakan shodaqallahul 'adzim atau membaca laa haula wa la quwwata Illa billaahil 'aliyyil 'afzim ketika mendengar kabar buruk, selama menyengaja hanya untuk memuji Allah
قال الإمام الرحمن بن محمد عوض الجزيري (ت ١٣٦٠هـ) في كتابه الفقه على المذاهب الأربعة / مبطلات الصلاة / التسبيح في الصلاة لإرشاد الإمام أو للتنبيه على أنه في الصلاة أو نحو ذلك (ج ١ ص ٢٧٤ - ٢٧٥):
قال الحنفية: إذا تكلم المصلي بتسبيح أو تهليل، أو أثنى على الله - تعالى - عند ذكره، كأن قال: جل جلاله، أو صلى على النبي - ﷺ - عند ذكره، أو قال: صدق الله العظيم عند فراغ القارئ من القراءة، أو قال مثل قول المؤذن ونحو ذلك؛ فإن قصد به الجواب على أمر من الأمور بطلت صلاته، أما إذا قصد مجرد الثناء والذكر، أو التلاوة؛ فإن صلاته لا تبطل.
وقال المالكية: إن الصلاة لا تبطل بالتسبيح أو التهليل، أو قول: لا حول ولا قوة إلا بالله، حتى لو كان ذلك إجابة لأحد؛ لأن الصلاة كلها محل لها.
وقال الحنابلة: لا تبطل الصلاة بالتسبيح أو التهليل أو الذكر لغرض من الأغراض، كما إذا رأى ما يعجبه، فقال: سبحان الله، أو أصابته مصيبة، فقال: لا حول ولا قوة إلا بالله، أو أصابه ألَمٌ، فقال: بسم الله، ونحو ذلك؛ فإن صلاته لا تبطل به، وإنما يكره لا غير.
وقال الشافعية: إذا قال: صدق الله العظيم عند سماع آية، أو قال: لا حول ولا قوة إلا بالله عند سماع خبر سوء، فإن صلاته لا تبطل به مطلقًا؛ إذ ليس فيه سوى الثناء على الله - تعالى.
┏─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abdurrahman bin Muhammad Awad Al-Jaziriy (w. 1360 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Fiqh 'Ala Al Madzahibi Al Arba'ah / Apa yang Membatalkan Sholat / Tasbih Dalam Sholat Untuk Memberi Petunjuk Kepada Imam Atau Untuk Memperingatkan Bahwa Dia Sedang Sholat Atau Semacamnya (vol. 1, hal. 274-275):
MAZHAB HANAFI MENGATAKAN: Jika orang yang shalat membaca tasbih, atau tahlil ketika menyebut diriNya, seperti mengucapkan: "Jalla Jallaluhu", atau bershalawat ketika menyebut Nabi -ﷺ-, seperti mengucapkan : "Shallallaaahu 'alaihi wa sallama", ketika menyebut beliau, atau mengatakan: "Shadaqallahul 'adzim", ketika pembaca telah selesai membaca suatu ayat. Atau dia mengatakan sesuatu yang mirip dengan apa yang dikatakan muadzin atau semacamnya. JIKA DIA BERMAKSUD MENJAWAB SUATU HAL, dari beberapa hal, MAKA SHALATNYA BATAL, tetapi jika dia bermaksud sekedar memuji dan menyebutkan, atau membaca, maka Sholatnya tidak batal.
MADZHAB MALIKIYYAH BERKATA: Tidak batalnya shalat dengan mengagungkan Allah atau mengucapkan: "laa haula wa la quwwata Illa billaahil 'aliyyil 'afzim", meskipun itu adalah jawaban bagi seseorang, karena shalat semuanya adalah tempatnya.
MADZHAB HANABILAH MENGATAKAN: Tidak batal shalat dengan memuji Allah, mengagungkan Allah, atau menyebut Allah untuk tujuan apa pun, misalnya jika dia melihat sesuatu yang dia menakjubkan, dan berkata: "subhanallah", atau musibah menimpanya, dan dia berkata: "laa haula wa laa quwwata Illa billaahil 'aliyyil 'afzim", atau kesakitan menimpanya, dan dia berkata: "bismillah", dan sebagainya. SHOLATNYA TIDAK BATAL KARENANYA, dan DIMAKRUHKAN jika menyengaja yang lain.
MADZHAB SYAFI’IYYAH BERKATA: Jika ia mengatakan: "Shadaqallahul 'adzim", ketika mendengar suatu ayat, atau mengatakan: "laa haula wa laa quwwata Illa billaahil 'aliyyil 'afzim", ketika mendengar kabar buruk, MAKA SHALATNYA TIDAK BATAL SAMA SEKALI. Ketika tidak ada didalamnya, selain hanya memuji kepada Allah Taala.
قال الإمام أبو زكريا محيي الدين بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦ هـ) في كتابه المجموع شرح المهذب/ كتاب الصلاة / باب ما يفسد الصلاة ويكره فيها (ج ٤ ص ٨٢ - ٨٣):
رَوَى سَهْلُ بْنُ سَعْدٍ السَّاعِدِيُّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ- قَالَ : { إذَا نَابَكُمْ شَيْءٌ فِي الصَّلَاةِ فَلْيُسَبِّحْ الرِّجَالُ وَلْيُصَفِّقْ النِّسَاءُ } فَإِذَا فَعَلَ ذَلِكَ لِلْإِعْلَامِ لَمْ تَبْطُلْ صَلَاتُهُ ; لِأَنَّهُ مَأْمُورٌ بِهِ ، فَإِنْ صَفَّقَ الرَّجُلُ وَسَبَّحَتْ الْمَرْأَةُ لَمْ تَبْطُلْ الصَّلَاةُ ; لِأَنَّهُ تَرَكَ سُنَّةً ) ...(إلى أن قال)...
قَالَ الْمُصَنِّفُ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى - : ( وَإِنْ أَرَادَ الْإِذْنَ لِرَجُلٍ فِي الدُّخُولِ فَقَالَ : [اُدْخُلُوْهَا بِسَلٰمٍ اٰمِنِيْنَ] ﴿الحجر : ٠١٥/ ٤٦﴾ فَإِنْ قَصَدَ التِّلَاوَةَ وَالْإِعْلَامَ لَمْ تَفْسُدْ [ صَلَاتُهُ ] ; لِأَنَّ تِلَاوَةَ الْقُرْآنِ لَا تُبْطِلُ الصَّلَاةَ ، وَإِنْ لَمْ يَقْصِدْ الْقُرْآنَ بَطَلَتْ ; لِأَنَّهُ مِنْ كَلَامِ الْآدَمِيِّينَ ) .
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Zakariyya Muhyiddin bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Majmu' Syarhu Al-Muhadzdzab /Kitab Sholat /bBab Yang Membatalkan Sholat dan Yang Tidak Disukai (Vol. 4, Hal.82-83):
Sahl bin Saad Al-Saadi radhiyallahu 'anhu meriwayatkan bahwa Nabi -ﷺ- bersabda: {Jika kalian memberi peringatan saat shalat, hendaklah laki-laki dengan membaca tasbih dan biarkan perempuan bertepuk tangan}, ketika melakukan semua itu bermaksud untuk memberitahukan, maka shalatnya tidak batal, karena memang diperintahkan demikian, jika (terbalik) laki-laki bertepuk tangan dan perempuan mengucapkan Subhanllah, MAKA SHALATNYA TIDAK BATAL, karena dia hanya meninggalkan sunnahnya...(sampai dia berkata)...
Pengarang – rahimahullahu – berkata: (Dan jika dia hendak memberikan izin bagi seorang laki-laki untuk masuk dan berkata:
اُدْخُلُوهَا بِسَلَامٍ آمِنِينَ
(Masuklah dengan damai dan aman) {QS. Al Hijr : 015/ 46}, maka jika dia menghendaki sebagai bacaan Al Qur'an dan pemberitahuan, MAKA TIDAK MEMBATALKAN [SHALATNYA], karena membaca Al-Qur'an tidak membatalkan shalat, dan jika dia tidak berniat membaca Al-Qur'an, SHALATNYA TIDAK SAH, karena itu termasuk dari ucapan manusia.
وقال الإمام شمس الدين محمد بن أبي العباس أحمد بن حمزة شهاب الدين الرملي الشافعي (ت ١٠٠٤هـ) في كتابه نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج / فصل في مبطلات الصلاة وسننها ومكروهاتها / لا تبطل الصلاة بالذكر والدعاء (ج ٢ ص ٤٤):
فَرْعٌ: قَدْ اعْتَادَ كَثِيرٌ مِنْ الْعَوَامّ أَنَّهُمْ إذَا سَمِعُوا قِرَاءَةَ الْإِمَامِ {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: ٥] قَالُوا {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [الفاتحة: ٥] وَهَذَا بِدْعَةٌ مَنْهِيٌّ عَنْهُ، فَأَمَّا بُطْلَانُ الصَّلَاةِ بِهَا فَقَدْ قَالَ صَاحِبُ الْبَيَانِ: إنْ كَانَ غَيْرَ قَاصِدٍ التِّلَاوَةَ أَوْ قَالَ اسْتَعَنَّا بِاَللَّهِ أَوْ نَسْتَعِينُ بِاَللَّهِ بَطَلَتْ انْتَهَى. وَتَبْطُلُ صَلَاتُهُ بِالْقَوْلِ الْمَذْكُورِ إذَا لَمْ يَقْصِدْ بِهِ شَيْئًا
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Syamsuddin Muhammad ibn Abi Al-Abbas Ahmad ibn Hamzah Syihabuddin Al-Ramliy Al-Syafi'iy (w. 1004 H) mengatakan dalam Kitabnya Nihayatu Al Muhtaj Ila Syarhi Al-Minhāj / Bab Tentang Apa Yang Membatalkan Shalat, Sunnahnya Dan Apa Yang Tidak Disukai / Shalat Tidak Batal Dengan Dzikir Dan Doa (Jilid 2, Hal. 44):
Cabang: Banyak di kalangan masyarakat awam yang telah terbiasa mendengar ketika imam membaca :
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [Al-Fatihah: 5]
mereka kemudian membaca :
{إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} [Al-Fatihah: 5]
INI ADALAH BID'AH DAN HARAM. Adapun batalnya Sholat dengannya, maka penulis Kitab Al Bayan mengatakan: KETIKA DIA TIDAK MENIATKAN TILAWAH (MEMBACA),
atau dia berkata :
اسْتَعَنَّا بِاَللَّهِ atau نَسْتَعِينُ بِاَللَّهِ
MAKA SHALATNYA TIDAK SAH.
SHOLATNYA BATAL dengan pernyataan di atas, jika dia membacanya DENGAN TIDAK BERMAKSUD APA-APA.
وقال الإمام أبو زكريا، يحيى بن شرف النواوي الشافعي (٦٣١ - ٦٧٦ هـ) في كتابه الاذكار / باب القراءة بعد التعوذ / فصل في إذا مر بآية رحمة أو عذاب في الصلاة (ص : ١١٨ - ١١٩):
أنه يسن لكل من قرأ في الصلاة أو غيرها إذا مر بآية رحمة أن يسأل الله - تعالى - من فضله، وإذا مر بآية عذاب أن يستعيذ به من النار ومن العذاب، أو من الشر، أو من المكروه، أو يقول: "اللهم إني أسألك العافية"، أو نحو ذلك.
وإذا مر بآية تنزيه لله - سبحانه وتعالى - نزَّه، فقال: "سبحانه وتعالى، أو تبارك الله رب العالمين، أو جلت عظمة ربنا"، أو نحو ذلك.
ثم ساق الدليل على ذلك بحديث مسلم عن حذيفة، قال: "صليت مع النبي -ﷺ- ذات ليلة فافتتح البقرة، فقلت: يركع عند المائة، ثم مضى، فقلت: يصلي بها في ركعة، فمضى، فقلت: يركع بها، ثم افتتح النساء فقرأها، ثم افتتح آل عمران فقرأها، يقرأ مترسلاً، إذا مرَّ بآية فيها تسبيح سبح، وإذا مر بسؤال سأل، وإذا مر بتعوذ تعوذ"،
قال أصحابنا الشافعية: يستحب هذا التسبيح والسؤال والاستعاذة للقارئ في الصلاة وغيرها، وللإمام والمأموم والمنفرد؛ لأنه دعاء، فاستووا فيه كالتأمين [في تعليقات ابن علان عند ذكر الصلاة، قال: سواء كانت فرضًا أو نفلاً، خلافًا للمالكية والحنفية]،
ثم قال النووي: ويستحب لمن قرأ: ﴿ أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ ﴾ [التين: ٨]، أن يقول: بلى وأنا على ذلك من الشاهدين، وإذا قرأ: ﴿ أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى ﴾ [القيامة: ٤٠]، قال: بلى أشهد، وإذا قرأ: ﴿ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ ﴾ [المرسلات: 50]؛ قال: آمنت بالله، وإذا قال: ﴿ سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى ﴾ [الأعلى: ١]؛ قال: سبحان ربي الأعلى.
ويقول هذا كله في الصلاة وغيرها، وقد بينت أدلته في كتاب "التبيان في آداب حملة القرآن".
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (631-676 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Adzkar / Bab Bacaan Setelah Mencari Perlindungan / Bab Jika Dia Melalui Ayat Rahmat Atau Adzan Dalam Sholat (Hlm. 118-119):
DISUNNAHKAN bagi siapa saja yang membaca didalam shalat atau di selainnya, jika ia menemukan ayat rahmat, maka disunnahkan memohon kepada Allah Yang Maha Kuasa, karunia-Nya, dan jika ia menemukan ayat siksa, maka berlindunglah padanya dari api neraka. , dari siksaan, dari kejahatan, atau dari bahaya, atau mengatakan:
"اللهم إني أسألك العافية"،
(“Ya Tuhan, aku memohon kesejahteraan kepada-Mu”), atau semacamnya.
Dan jika dia menemukan ayat yang mengagungkan Allah - subhanahu wa taala -, maka dia mengagungkan kemudian berkata:
"سبحانه وتعالى"، أو "تبارك الله رب العالمين"، أو "جلت عظمة ربنا"،
(“Maha Suci Dia"), atau ("Maha Suci Allah, Penguasa Alam Semesta"), atau ("Keagungan Tuhan kami yang Maha Tinggi,”) atau semacamnya. seperti itu.
Kemudian dia mengutip dalil dari hadits Muslim dari Hudzaifah radliyyAllahu 'anhu, yang mengatakan: “Saya shalat bersama Nabi -ﷺ- Pada suatu malam, saya shalat (Qiyamul Lail) bersama Rasulullah -ﷺ-, lalu beliau mulai membaca surat Al Baqarah. Kemudian saya pun berkata (dalam hati bahwa beliau) akan ruku' pada ayat yang ke seratus. Kemudian (seratus ayat pun) berlalu, lalu saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan shalat dengan (surat itu) dalam satu raka'at. Namun (surat Al Baqarah pun) berlalu, maka saya berkata (dalam hati bahwa) beliau akan segera sujud. Ternyata beliau melanjutkan dengan mulai membaca surat An Nisa` hingga selesai membacanya. Kemudian beliau melanjutkan ke surat Ali Imran hingga selesai hingga beliau selesai membacanya. Bila beliau membaca ayat tasbih, beliau bertasbih dan bila beliau membaca ayat yang memerintahkan untuk memohon, beliau memohon, dan bila beliau membaca ayat ta'awwudz (ayat yang memerintahkan untuk memohon perlindungan) beliau memohon perlindungan.
Sahabat kami Asy Syafi’iiyyah berkata: Disunnahkan tasbih, su'al, dan isti'adzah ini bagi pembacanya dalam shalat dan di luar shalat, bagi imam, ma'mum, dan orang yang shalat sendirian. Karena itu adalah doa permohonan, maka mereka menyamakannya dengan bacaan "Aamiin" (ta'min). [dalam komentar Ibnu 'Allan ketika menyebutkan shalat, beliau mengatakan: baik dalam shalat wajib atau shalat sunnah, menyelisihi Madzhab Malikiyyah dan Hanafiyyah],
Kemudian Imam Al-Nawawiy berkata: Dianjurkan bagi siapa saja yang membaca:
﴿ أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ ﴾ [سورة التين: ٨]،
untuk mengatakan :
بلى وأنا على ذلك من الشاهدين،
dan apabila dia membaca:
﴿ أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى ﴾ [القيامة: ٤٠]،
dia berkata:
بلى أشهد،
dan ketika dia membaca:
﴿ فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ ﴾ [سورة المرسلات: ٥٠]
“Pada hadits manakah setelah dia mereka beriman?” [QS. Al-Mursalat: 5 0];
Dia Sunnah berkata:
آمنت بالله،
dan ketika dia berkata:
﴿ سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى ﴾ [سورة الأعلى: ١]؛
“Maha Suci nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi” [WS. Al-A’la: 1];
Dia Sunnah berkata:
سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى
Dia mengatakan semua ini dalam shalat dan di tempat lain, dan dalilnya telah dijelaskan dalam Kitab “Al-Tibyan Fi Adabi Hamalati Al-Qur’an.”
وقال الإمام أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف النووي الشافعي (ت ٦٧٦هـ) في كتابه التبيان في آداب حملة القرآن / الباب السادس في آداب القرآن / [فصل] ويستحب إذا مر بآية رحمة (ص : ٩١ - ٩٢):
[فَصْلٌ] وَيُسْتَحَبُّ إِذَا مَرَّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ أَنْ يَسْأَلَ اللَّهَ تَعَالَى مِنْ فَضْلِهِ، وَإِذَا مَرَّ بِآيَةِ عَذَابٍ أَنْ يَسْتَعِيذَ بِاللَّهِ مِنَ الشَّرِّ وَمِنَ الْعَذَابِ، أَوْ يَقُولَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ، أَوْ أَسْأَلُكَ الْمُعَافَاةَ مِنْ كُلِّ مَكْرُوهٍ، أَوْ نَحْوُ ذَلِكَ، وَإِذَا مَرَّ بِآيَةِ تَنْزِيهٍ لِلَّهِ تَعَالَى نَزَّهَ فَقَالَ: سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى، أَوْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَوْ جَلَّتْ عَظَمَةُ رَبِّنَا؛
فَقَدْ صَحَّ عَنْ حُذَيْفَةَ بْنِ الْيَمَانِ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا - قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ -ﷺ- ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ، فَقُلْتُ: يَرْكَعُ عِنْدَ الْمِائَةِ، ثُمَّ مَضَى، فَقُلْتُ: يُصَلِّي بِهَا فِي رَكْعَةٍ فَمَضَى، فَقُلْتُ: يَرْكَعُ بِهَا، ثُمَّ افْتَتَحَ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا، ثُمَّ افْتَتَحَ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا، يَقْرَأُ تَرَسُّلًا، إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ، وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ، وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي صَحِيحِهِ.
وَكَانَتْ سُورَةُ النِّسَاءِ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ مُقَدَّمَةً عَلَى آلِ عِمْرَانَ.
قَالَ أَصْحَابُنَا - رَحِمَهُمُ اللَّهُ تَعَالَى -: وَيُسْتَحَبُّ هَذَا السُّؤَالُ وَالِاسْتِعَاذَةُ وَالتَّسْبِيحُ لِكُلِّ قَارِئٍ، سَوَاءٌ كَانَ فِي الصَّلَاةِ أَوْ خَارِجًا مِنْهَا .
قَالُوا: وَيُسْتَحَبُّ ذَلِكَ فِي صَلَاةِ الْإِمَامِ وَالْمُنْفَرِدِ وَالْمَأْمُومِ؛ لِأَنَّهُ دُعَاءٌ، فَاسْتَوَوْا فِيهِ، كَالتَّأْمِينِ عَقِبَ الْفَاتِحَةِ.
وَهَذَا الَّذِي ذَكَرْنَاهُ مِنِ اسْتِحْبَابِ السُّؤَالِ وَالِاسْتِعَاذَةِ هُوَ مَذْهَبُ الشَّافِعِيِّ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - وَجَمَاهِيرِ الْعُلَمَاءِ رَحِمَهُمُ اللَّهُ.
قَالَ أَبُو حَنِيفَةَ - رَحِمَهُ اللَّهُ تَعَالَى -: وَلَا يُسْتَحَبُّ ذَلِكَ بَلْ يُكْرَهُ فِي الصَّلَاةِ، وَالصَّوَابُ قَوْلُ الْجَمَاهِيرِ لِمَا قَدَّمْنَاهُ.
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abu Zakariyya Muhyiddin Yahya bin Syaraf Al-Nawawiy Al-Syafi'iy (w. 676 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Tibyan Fi Adabi Hamalati Al-Qur'an / Bab Enam tentang Etiket Al-Qur'an an / [Bab] Yang Disunnahkan Jika Menemukan Ayat Rahmat (Hlm. 91-92):
Fasal : “DIANJURKAN jika melalui ayat tentang rahmat hendaklah memohon keutamaan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Jika melalui ayat tentang adzab hendaklah memohon perlindungan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dari keburukan dan adzab. Atau dengan mengatakan :
(اللهم إني أسألك العافية أو أسألك المعافاة من كل مكروه)
(Ya Allah sesungguhnya aku memohon keselamatan atau aku memohon keselamatan dari semua hal yang dibenci dan lain sebagainya).
Jika melalui ayat tentang pensucian terhadap Allah maka hendaklah dia mensucikan Allah Subhanahub Wa Ta’ala, dengan mengatakan :
Subhana wa Ta’ala (سبحانه وتعالى),
Tabaaroka wa Ta’ala (تبارك وتعالى),
Jallat ‘Azhomatu Robbina (جلت عظمة ربنا).
Telah shohih dari Hudzaifah bin Al Yamaan Rodhiyallahu ‘anhuma beliau mengatakan,
“Aku pernah sholat bersama Nabi -ﷺ- pada suatu malam. Maka beliau membuka sholatnya (membaca ayat pada roka’at pertama) dengan Surat Al Baqoroh. Aku (Hudzaifah) berkata, ‘Beliau kemudian ruku’ ketika telah membaca ayat ke 100 kemudian melanjutkannya (pada roka’at berikutnya)’. Aku (Hudzaifah) berkata, ‘Beliau kemudian berdiri untuk roka’at berikutnya dan melanjutkan membacanya hingga selesai’. Aku (Hudzaifah) berkata, ‘Beliau kemudian ruku’ ketika selesai (membaca surat Al Baqoroh –ed.). Kemudian beliau melanjutkan roka’at selanjutnya dengan membaca Surat An Nisaa’ kemudian dilanjutkan dengan membuka (mulai membaca –ed.) Surat Ali ‘Imroon, beliau membacanya dengan pelan-pelan/perlahan-lahan. Apabila beliau melalui ayat tentang tasbih/pensucian terhadap Allah maka beliau bertashbih. Jika melalui ayat tentang permohonan maka beliau memohon. Jika melalui ayat tentang perlindungan kepada Allah maka beliaupun berta’awwudz :
(أعوذ بالله من الشيطان الرجيم -ed)”.
Hadits ini diriwayatkan Muslim dalam Shohihnya. Ketika itu beliau mendahulukan membaca Surat An Nisaa’ baru kemudian Surat Ali ‘Imroon”.
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇Para Shababat kami (Ulama Bermazhab Syafi’iyah) Rohimahumullah berpendapat : dianjurkan hukumnya meminta/memohon, isti’adzah :
(أعوذ بالله من الشيطان الرجيم -ed)
dan tashbih bagi semua orang yang membacanya baik ketika membacanya di dalam sholat ataupun di luar sholat.
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇Sebagian lain berpendapat : Hal tersebut dianjurkan bagi orang yang sholat sebagai imam, sendirian atau sebagai makmum. Karena hal tersebut merupakan do’a sehingga semuanya (orang yang sholat sebagai imam, sendirian atau sebagai makmum –ed.) dianjurkan melakukannya sebagaimana ucapan amin ketika berakhir Surat Al Fatihah.
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Inilah yang kami sebutkan seputar dianjurkannya memohon dan isti’adzah, inilah pendapat Imam Syafi’i Rodhiyallahu ‘anhu dan kebanyakan para ‘ulama Rohimahumullah.
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Imam Abu Hanifah Rohimahullah berpendapat : Hal tersebut tidak dianjurkan bahkan makruh hukumnya dilakukan ketika sholat. Namun yang tepat adalah pendapat mayoritas ‘ulama sebagaimana yang telah kami sebutkan”
وقال الشيخ سَعيد بن محمد بَاعَليّ بَاعِشن الدَّوْعَنِيُّ الرباطي الحضرمي الشافعي (ت ١٢٧٠هـ) في كتابه شَرح المُقَدّمَة الحضرمية المُسمّى بُشرى الكريم بشَرح مَسَائل التَّعليم / باب صفة الصلاة / فصل: في سنن الصلاة (ص : ٢٢٦):
ويسن سؤال الرحمة بنحو: "اللهم إغفر أو إرحم" عند قراءة أية رحمة, والإستعاذة بنحو: "اللم أعذنى من النا" عند قراءة آية عذاب, والتسبيح آية التسبيح, وعند آخر والتين, وآخر القيامة أن يقول:"بلى وإنا على ذلك من الشاهدين", وعند آخر المرسلات :"آمنا بالله", يفعل ذلك كله من الإمام والمنفرد لقراءة نفسه, والمأموم لقراءة إمامه أو نفسه حيث لم يسمع قراءة إمامه وغير المصلى لكل قراءة سمعها.
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Syaikh Sa'id bin Muhammad Ba 'Aliy Ba'eshan Al-Du'ani Al-Ribbathiy Al-Hadramiy Al-Syafi'iy (w. 1270 H) mengatakan dalam Kitabnya Al Muqaddimah Al Hadlromiyyah = Busyra Al-Karim, Bisyarhi Masa'ili At Ta'lim / Bab : Ciri-ciri Sholat / Bab : Tentang Sunnah Sunnah Sholat (Hal. 226):
DAN DISUNAHKAN meminta rahmat dengan berucap semisal :
اللهم إغفر أو إرحم"
(Ya Allah ampunilah, Ya Allah rahmatilah), ketika membaca ayat rahmat. DAN DISUNAHKAN MEMINTA PERLINDUNGAN dengan berucap semisal :
"اللم أعذنى من النا"
(Ya Allah, selamatkanlah aku dari api neraka), ketika membaca ayat adzab, bertasbih ketika membaca ayat tasbih, dan ketika membaca akhir dari surat at-tin dan akhir surat al-Qiyamah agar membaca:
"بلى وإنا على ذلك من الشاهدين"
(“Ya, dan kami atas hal itu termasuk para saksi,) dan pada akhir surat al-Mursalat agar membaca :
"آمنا بالله"
(“Kami beriman kepada Allah”.).
DISUNAHKAN agar melakukan hal tersebut masing-masing imam dan orang yang shalat sendiri karena mendengar bacaannya agar melakukan semua yang tersebut tadi, dan seorang makmum karena bacaan imamnya atau karena mendengar bacaannya sendiri apabila dia tidak mendengar bacaan imam, dan bagi orang yang tidak shalat apabila mendengar setiap bacaan yang ia dengar.
وقال الامام أحمد بن محمد بن علي بن حجر الهيتمي السعدي الأنصاري، شهاب الدين شيخ الإسلام، أبو العباس الشافعي (ت ٩٧٤هـ) في كتابه المنهاج القويم شرح المقدمة الحضرمية / باب صفة الصلاة / مدخل (ص : ٩١):
فَتَنْقَطِعُ الْفَاتِحَةُ باِلسُّكُوْتِ الطَّوِيْلِ إِنْ تَعَمَّدَهُ أو إِنْ طَان يَسِيْرًا وَقَصَدَ بِهِ قَطْعَ الْقِرَأَةِ وَبِالذِّكْرِ إِلاَّ إِنْ كَانَ نَاسِيًا وَإِلاَّ إِذَا سُنَّ فىِ الصَّلاَةِ كَالتَّأْمِيْنِ وَالتَّعَوُّذِ وَسُؤَالِ الرَّحْمَةِ وسجود التلاوة لقراءة إمامه والرد عليه...(إلى أن قال)...
وبالذكر" وإن قل كالحمد للعاطس لأنه ليس مختصًا بالصلاة ولا لمصلحتها فأشعر بالإعراض "إلا إذا كان ناسيًا" لعذره "وإلا إذا سن" بالذكر "في الصلاة" بأن كان مأمورًا به فيها لمصلحتها فلا تنقطع به القراءة "كالتأمين" لقراءة إمامه
(والتعوذ) من العذاب وسؤال الرحمة عند قراءة آياتهما منه أو من إمامه, وقوله بلى عند سماعه "أليس الله بأحكم الحاكمين". وسبحان ربي العظيم عند: {فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ} [الواقعة: ٧٤] ، ونحو ذلك.
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Ahmad ibn Muhammad ibn Ali ibn Hajar Al-Haytamiy Al-Sa'diy Al-Anshariy, Syihabuddin Syaikhu Al-Islam, Abu Al-Abbas Al-Syafi'iy (w. 974 H) berkata dalam Kitabnya Al-Minhaju Al -Qawwiim Syarhu Al-Muqaddimah Al-Hadramiyyah / Bab Ciri-ciri Sholat / Pendahuluan (hal. 91):
Maka Fatihah itu terputus dengan diam yang lama jika ia melakukannya dengan sengaja atau jika ia membacanya sedikit dan bermaksud untuk menghentikan bacaan dan dzikirnya, kecuali ia lupa, dan sebaliknya ia menjalankan Sunnah dalam shalat seperti membaca ta'min (Aamiin), memohon perlindungan (ta'awwudz), memohon Rahmat, dan sujud tilawah, karena bacaan imamnya dan menjawab imamnya... (sampai dia berkata)...
Dan terputus dengan bacaan dzikir walaupun sedikit seperti puji-pujian bagi orang yang sedang bersin, karena itu tidak dikhususkan dalam shalat atau untuk manfaat kemaslahatan shalat, maka memberikan isyarat agar berpaling menjahuinya, kecuali dia lupa karena ada alasan udzur, dan kecuali dia melakukan “dzikir” yang diperintahkan dalam shalat, sebagaimana ia diperintahkan melakukannya untuk kemaslahatannya, maka bacaannya tidak akan terputus olehnya, seperti membaca ta'min (Aamiin) karena bacaan imamnya.
Ucapan pengarang (والتعوذ) : artinya berlindung dari adzab (وسؤال الرحمة ) meminta rahmat, tatkala membaca ayat-ayat adzab atau ayat rahmat dari bacaannya sendiri atau bacaan imamnya. Adapun ucapannya (بلى) itu tatkala mendengar ayat :
أَلَيْسَ اللَّهُ بِأَحْكَمِ الْحَاكِمِينَ [سورة التين : ٠٩٥/ ٨]
Dan bacaan :
{فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ} [سورة الواقعة: ٠٥٦/ ٧٤]
Dan semacamnya.
وقال الامام عبد الرحمن بن أبي بكر، جلال الدين السيوطي الشافعي (ت ٩١١هـ) في كتابه الاتقان في علوم القران / المجلد الأول / النوع الخامس والثلاثون: في آداب تلاوته وتاليه (ج ١ ص ٣٦٨ - ٣٦٩):
وَتُسَنُّ الْقِرَاءَةُ بِالتَّدَبُّرِ وَالتَّفَهُّمِ فَهُوَ الْمَقْصُودُ الْأَعْظَمُ وَالْمَطْلُوبُ الْأَهَمُّ وَبِهِ تَنْشَرِحُ الصُّدُورُ وَتَسْتَنِيرُ الْقُلُوبُ قَالَ تَعَالَى {كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ} (سورة ص : ٠٣٨/ ٢٩)
وقال {أَفَلا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ} وَصِفَةُ ذَلِكَ أَنْ يَشْغَلَ قَلْبَهُ بِالتَّفْكِيرِ فِي مَعْنَى مَا يَلْفِظُ بِهِ فَيَعْرِفُ مَعْنَى كُلِّ آيَةٍ وَيَتَأَمَّلُ الْأَوَامِرَ وَالنَّوَاهِيَ وَيَعْتَقِدُ قَبُولَ ذَلِكَ فَإِنْ كَانَ مِمَّا قَصَّرَ عَنْهُ فِيمَا مَضَى اعْتَذَرَ وَاسْتَغْفَرَ وَإِذَا مَرَّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ اسْتَبْشَرَ وَسَأَلَ أَوْ عَذَابٍ أَشْفَقَ وَتَعَوَّذَ أَوْ تَنْزِيهٍ نَزَّهَ وَعَظَّمَ أَوْ دُعَاءٍ تَضَرَّعَ وَطَلَبَ.
أَخْرَجَ مُسْلِمٌ عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ: صَلَّيْتُ مَعَ النَّبِيِّ صلى عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ فَافْتَتَحَ الْبَقَرَةَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ النِّسَاءَ فَقَرَأَهَا ثُمَّ آلَ عِمْرَانَ فَقَرَأَهَا يَقْرَأُ مُتَرَسِّلًا إِذَا مَرَّ بِآيَةٍ فِيهَا تَسْبِيحٌ سَبَّحَ وَإِذَا مَرَّ بِسُؤَالٍ سَأَلَ وَإِذَا مَرَّ بِتَعَوُّذٍ تَعَوَّذَ.
وَرَوَى أَبُو دَاوُدَ وَالنَّسَائِيُّ وَغَيْرُهُمَا عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قُمْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم لَيْلَةً فَقَامَ فَقَرَأَ سُورَةَ الْبَقَرَةِ لَا يَمُرُّ بِآيَةِ رَحْمَةٍ إِلَّا وَقَفَ وَسَأَلَ وَلَا يَمُرُّ بِآيَةِ عَذَابٍ إِلَّا وَقَفَ وَتَعَوَّذَ.وَأَخْرَجَ أَبُو دَاوُدَ وَالتِّرْمِذِيُّ حَدِيثَ مَنْ قرأ: {التِّينِ وَالزَّيْتُونِ} فَانْتَهَى إِلَى آخِرِهَا فَلْيَقُلْ: بَلَى وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ. وَمَنْ قَرَأَ: {لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ} فَانْتَهَى إِلَى آخِرِهَا {أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى} فَلْيَقُلْ بَلَى وَمَنْ قَرَأَ {وَالْمُرْسَلاتِ} فَبَلَغَ {فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ} فَلْيَقُلْ آمَنَّا بِاللَّهِ.
وَأَخْرَجَ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا قَرَأَ {سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى} قَالَ سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى.
وَأَخْرَجَ التِّرْمِذِيُّ وَالْحَاكِمُ عَنْ جَابِرٍ قَالَ: خَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى أَصْحَابِهِ فَقَرَأَ عَلَيْهِمْ سُورَةَ الرَّحْمَنِ مِنْ أَوَّلِهَا إِلَى آخِرِهَا فَسَكَتُوا فَقَالَ لَقَدْ قَرَأَتُهَا عَلَى الْجِنِّ فَكَانُوا أَحْسَنَ مَرْدُودًا مِنْكُمْ كُنْتُ كُلَّمَا أَتَيْتُ عَلَى قَوْلِهِ {فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ} قَالُوا وَلَا بِشَيْءٍ مِنْ نِعَمِكَ رَبَّنَا نُكَذِّبُ فَلَكَ الْحَمْدُ.
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abdurrahman bin Abi Bakar Jalaluddin Al-Suyuthiy Al-Syafi'iy (w. 911 H) mengatakan dalam Kitabnya Al-Itqan Fi Ulumi Al-Qur'an / Jilid Satu / Bentuk Ke Tiga Puluh Lima: Adab Membacanya Dan Dzikirnya (Vol. 1, Hlm. 368-369):
DISUNNAHKAN membacanya dengan melalui renungan dan pemahaman, karena itu adalah tujuan terbesar dan syarat terpenting, dan dengan melaluinya, maka dada akan menjadi terbuka dan hati menjadi tercerahkan. Allah Yang Maha Kuasa berfirman {Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya} (QS. Shad : 038/ 29)
Dan Allah berfirman : “Apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an?” Gambarannya adalah hatinya sibuk memikirkan makna ayat tersebut, sehingga dia mengetahui makna setiap ayat dan merenungkan perintah-perintahnya. larangan-larangannya, dan ia yakin bahwa hal itu akan diterima. Jika itu adalah salah satu dari kesalahan-kesalahan yang ia lakukan di masa lalu, ia akan meminta maaf dan memohon ampun, dan jika ia melalui ayat belas kasihan, ia akan bergembira dan memohon, atau jika ia melalui ayat adzab, maka ia akan merasa simpati dan mencari perlindungan atau membersihkan dirinya dan membersihkan, dan mengagungkan, atau berdoa memohon dan meminta.
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇Muslim meriwayatkan dari Hudzaifah, radliyyAllahu 'anhu yang berkata: Saya Shalat bersama Nabi -ﷺ- pada suatu malam, dan beliau membuka shalatnya dengan surat Al-Baqarah dan membacanya, lalu Surat An Nisa', dan dia membacanya, lalu Surat Ali Imran kemudian membacanya, dengan bacaan yang pelan-pelan. Ketika beliau menemukan ayat yang didalamnya terdapat tasbih, maka beliau bertasbih, dan ketika beliau menemukan ayat berisi permohonan, maka beliau meminta, dan beliau menemukan ayat yang memerintahkan minta perlindungan, maka beliau mencari perlindungan.
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇Abu Dawud, Al-Nasa'i, dan yang lainnya meriwayatkan dari Auf bin Malik, yang berkata: Aku berdiri bersama Nabi -ﷺ-, pada suatu malam, dan beliau berdiri dan membaca Surat Al -Baqarah, beliau tidak melewati ayat rahmat kecuali beliau berhenti dan meminta, dan beliau tidak meliwati ayat adzab, kecuali beliau berhenti dan mencari perlindungan.
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇Abu Dawud dan Al-Tirmidziy meriwayatkan hadits barangsiapa membaca:
{التِّينِ وَالزَّيْتُونِ}
lalu sampai pada bagian akhir, hendaklah dia berkata:
بَلَى وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنَ الشَّاهِدِينَ
(Ya, dan saya termasuk salah satu saksinya).
Dan siapa yang membaca:
{لَا أُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيَامَةِ} ... sampai pada akhir ayat ... {أَلَيْسَ ذَلِكَ بِقَادِرٍ عَلَى أَنْ يُحْيِيَ الْمَوْتَى}
Hendaklah dia berkata ;
بَلَى
(Ya),
dan siapa pun yang membaca :
{وَالْمُرْسَلاتِ} ... sampai pada akhir ayat ... {فَبِأَيِّ حَدِيثٍ بَعْدَهُ يُؤْمِنُونَ}
Maka hendaklah lah dia berkata ;
آمَنَّا بِاللَّهِ
(“Kami beriman kepada Allah).”
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ Ahmad dan Abu Dawud meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika Nabi -ﷺ- membaca :
{سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى}
Kemudian beliau membaca :
سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى
(Maha Suci Tuhanku Yang Maha Tinggi).
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇Tirmidzi dan Al-Hakim meriwayatkan dari riwayat Jabir yang berkata: Rasulullah-ﷺ-, pergi keluar pada para sahabatnya, radliyyAllahu 'anhum dan beliau membacakan kepada mereka Surat Ar-Rahman dari awal sampai akhir, tetapi mereka tetap diam, lalu beliau berkata, “Saya telah membacakannya kepada jin, dan mereka menaggapi dengan tanggapan yang terbaik, daripada kalian, setiap kali aku datang dengan membacakan firmaNya :
{فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}
Mereka menjawab :
وَلَا بِشَيْءٍ مِنْ نِعَمِكَ رَبَّنَا نُكَذِّبُ فَلَكَ الْحَمْدُ
(“Tidak ada satu pun dari nikmat-Mu yang ada. Ya Tuhan kami, kami akan mengingkari, maka hanya bagimu segala puji).
وقال الإمام أحمد بن محمد بن علي بن حجر الهيتمي السعدي الأنصاري، شهاب الدين شيخ الإسلام، أبو العباس الشافعي (ت ٩٧٤هـ) في كتابه المنهاج القويم شرح المقدمة الحضرمية / باب صفة الصلاة / فصل: "في سنن الصلاة" (ص : ١٠٠):
و يسن ( عند ) قراءة ( آخر ) سورة ( والتين وآخر ) سورة ( القيامة ) أن يقول ( بلى وأنا على ذلك من الشاهدين و ) عند قراءة ( آخر ) سورة ( المرسلات آمنا بالله بفعل ذلك الإمام ) والمنفرد لقراءة نفسه ( والمأموم ) لقراءة إمامه أو نفسه حيث سنت له وغير المصلي لكل قراءة سمعها ( ويجهران ) أي الإمام والمأموم وكذا المنفرد ( به ) أي بما ذكر ( في الجهرية ) كما في المجموع
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Ahmad ibn Muhammad ibn Ali ibn Hajar Al-Haytamiy Al-Sa'diy Al-Anshariy, Syihabuddin Syaikhu Al-Islam, Abu Al-Abbas Al-Syafi'iy (w. 974 H) berkata dalam Kitabnya Al-Minhaj Al -Qawwim, Syarhu Al-Muqaddimah Al-Hadramiyyah / Bab Ciri-ciri Sholat / Bab : “Tentang Sunnah Sholat” (Hal. 100):
DISUNNAHKAN (ketika) membaca (yang terakhir) Surat (Al-Tin dan yang terakhir) Surat (Al-Qiyamah) mengatakan :
بَلَى وَأَنَا عَلَى ذَلِكَ مِنْ الشَّاهِدِينَ
(Ya, dan saya termasuk salah satu saksinya),
dan (ketika membaca (yang terakhir) Surah (Al-Mursalat :
آمنا بالله
(kami beriman kepada Allah),
Hal tersebut melalui perbuatan imam, dan untuk orang yang shalat sendiri karena bacaan dirinya sendiri (dan bagi ma'mum), karena bacaan Imamnya, atau dirinya sendiri, sekiranya yang diinginkan kepadanya, dan bagi orang yang tidak beribadah untuk setiap bacaan yang didengarnya (dan mereka membacanya dengan suara keras), yakni imam dan ma'mum, serta orang yang shalat sendirian (dengan itu), yaitu dengan apa yang disebutkan ( dalam shalat yang dibaca lantang) seperti dalam Kitab Al Majmu'.
وقال أ. د. وَهْبَة بن مصطفى الزُّحَيْلِيّ في كتابه الفِقْهُ الإسلاميُّ وأدلَّتُهُ / سنن الصلاة إجمالا في كل مذهب / مذهب الشافعية (ج ٢ ص ٩٣٣):
وإذا قرأ: {أليس الله بأحكم الحاكمين} [التين:8/95]، قال: بلى، وأنا على ذلك من الشاهدين؛ وإذا قرأ: {فبأي حديث بعده يؤمنون} [المرسلات:50/77] قال: آمنت بالله ؛ وإذا قرأ: {فمن يأتيكم بماء معين؟ } [الملك:30/67]، قال: الله رب العالمين.
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Berkata Syaikh DR. Wahbah bin Musthafa Al-Zuhailiy dalam Kitabnya Al Fiqhu Al Islamiy Wa Adillatuhu / Sunnah Sunnah Shalat Secara Umum Pada Setiap Madzhab / Madzhab Asy Syafi'i (Vol. 2, Hal. 933):
Dan ketika dia membaca:
{أليس الله بأحكم الحاكمين} [التين:٠٨٥/ ٨]،
dia berkata:
بلى، وأنا على ذلك من الشاهدين
(Benar, dan aku adalah salah satu saksinya).
Dan ketika dia membaca:
{فبأي حديث بعده يؤمنون} [المرسلات:50/77]
Dia berkata:
آمنت بالله
(Aku beriman kepada Allah).
Dan jika dia membaca:
{فمن يأتيكم بماء معين؟ } [الملك:30/67]،
Beliau bersabda:
الله رب العالمين
(Allah adalah Tuhan semesta alam).
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Disebutkan Dalam Fataawa al-Azhar IX/24 :
السؤال
يحدث أن يقول المأموم ” استعنت بالله ” عندما يقرأ الإمام { إياك نعبد وإياك نستعين } فهل هذا جائز ؟ ويحدث أن يقرأ الإمام سورة التين وفى آخرها { أليس الله بأحكم الحاكمين } فيقول بعض المأمومين ” بلى ” فهل هذا يبطل الصلاة ؟
الجواب
روى الترمذى عن أبى هريرة رضى اللّه عنه قال ” من قرأ سورة ” التين والزيتون ” فقرأ ” أليس اللَّه بأحكم الحاكمين ” فليقل : بلى وأنا على ذلك من الشاهدين . وكان على وابن عباس يفعلان ذلك .
هذا فى خارج الصلاة أما فيها فقد اتفق الفقهاء على أن ذكر اللّه فى الصلاة لا تبطل به إذا قصد الذكر ، لأن الصلاة كلها محل لذكر اللّه ، ومَثلَ الأحناف لذلك بالصلاة على النبى صلى الله عليه وسلم عند ذكره ، وقول ” جل جلاله ” عند ذكر اسم اللَّه ، وقول ” صدق اللَّه العظيم ” عند فراغ القارى من القراءة . ومثله ما لو أخبر بخبر سيئ وهو فى الصلاة فقال “لا حول ولا قوة إلا بالله ” ما دام يقصد مجرد الذكر والدعاء ، وكذلك قال بقية الفقهاء ، وجاء فى أمثلة الشافعية قول المأموم : استعنا باللَّه ، عند قراءة الإمام { إياك نعبد وإياك نستعين } ما دام يقصد الدعاء .
وعليه فإن قول المأموم ” بلى ” عند قول الإمام ” أليس اللَّه بأحكم الحاكمين ” لا يبطل الصلاة وكلمة ” بلى ” تفيد الإثبات بعد النفى ، وهى هنا إثبات أن اللَّه أحكم الحاكمين .
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫 SURAT SURAT YANG DISUNNAHKAN DIBACA PADA SETIAP SHALAT SETELAH FATIHAH
1&2)• SURAT YANG DISUNNAHKAN PADA SHALAT DZUHUR DAN ASHAR BESERTA KADARNYA
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇PADA SHALAT DZUHUR Sunnah berdiri pada 2 rakaat pertama sekitar bacaan 30 ayat dan pada shalat ashar pada 2 rakat pertamanya sama dengan 2 rakaat terakhir shalat Dzuhur, dan kadar 2 rakaat terakhir shalat 'Ashar setengahnya dari 2 rakaat terakhir shalat dzuhur
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇DALAM SHALAT DZUHUR DAN ASHAR SUNNAH membaca surat :
بِالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ وَنَحْوِهِمَا مِنْ السُّوَرِ
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ. جَمِيعًا عَنْ هُشَيْمٍ. قَالَ يَحْيَى: أخبرنا هشيم عن منصور، عن الوليد ابن مُسْلِمٍ، عَنْ أَبِي الصِّدِّيقِ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ؛ قَالَ:
كُنَّا نَحْزِرُ قِيَامَ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ. فَحَزَرْنَا قِيَامَهُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ قَدْرَ قِرَاءَةِ الم تَنْزِيلُ - السَّجْدَةِ. وَحَزَرْنَا قِيَامَهُ في الأُخْرَيَيْنِ مِنَ الْعَصْرِ عَلَى النِّصْفِ مِنْ ذَلِكَ. وَحَزَرْنَا قِيَامَهُ فِي الرَّكْعَتَيْنِ الأُولَيَيْنِ مِنَ الْعَصْرِ على قِيَامِهِ فِي الأُخْرَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ وَفِي الأُخْرَيَيْنِ مِنَ الْعَصْرِ عَلَى النِّصْفِ مِنْ ذَلِكَ. وَلَمْ يَذْكُرْ أَبُو بَكْرٍ فِي رِوَايَتِهِ: الم تَنْزِيلُ. وقال: قدر ثلاثين آية.
[رواه أحمد ومسلم واللفظ له / ٤ - كتاب الصلاة (٣٤) باب القراءة في الظهر والعصر / رقم الحديث : ٤٥٣. وأبو داود]
Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Yahya dan Abu Bakar bin Abi Syaibah semuanya meriwayatkan dari Husyaim berkata Yahya : Telah mengabarkan kepada kami : Husyaim. Dari Manshur. Dari Al-Walid bin Muslim. Dari Abu Ash-Shiddiq. Dari Abu Sa'id Al-Khudriy radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata :
"Kami memperkirakan (kadar waktu) berdirinya Rasulullah -ﷺ- dalam shalat zhuhur dan ashar. Maka kami memperkirakannya dalam dua rakaat pertama dari shalat zhuhur sekitar bacaan alim lam mim tanzil (yaitu surat as-Sajdah), dan kami memperkirakan waktu berdirinya beliau pada dua rakaat lainnya sekitar setengah dari hal tersebut. Dan kami memperkirakan berdirinya beliau pada dua rakaat pertama shalat ashar setengah dari hal tersebut."
Dan Abu Bakar tidak menyebutkan dalam riwayatnya alif lam mim tanzil (yaitu surat as-Sajdah), namun dia mengatakan sekitar tiga puluh ayat.
[HR. Ahmad Tek Milik Muslim Dan Abu Dawud]
─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇PADA SHALAT DZUHUR DAN ASHAR Sunnah rakaat pertama membaca surat Wassamaa'i Waththaariq rakaat kedua membaca Wassamaa'i Dzatil Buruj dan semacam keduanya dari beberapa surat.
حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ سِمَاكِ بْنِ حَرْبٍ عَنْ جَابِرِ بْنِ سَمُرَةَ :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -ﷺ- كَانَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ بِالسَّمَاءِ وَالطَّارِقِ وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الْبُرُوجِ وَنَحْوِهِمَا مِنْ السُّوَرِ
[رواه أبو داود / أبواب تفريع استفتاح الصلاة / باب قدر القراءة في صلاة الظهر والعصر / حديث رقم: ٨٠٥].
Telah menceritakan kepada kami : Musa bin Isma'il. Telah menceritakan kepada kami : Hammad. Dari Simak bin Harb. Dari Jabir bin Samurah radliyyAllahu 'anhu:
Bahwa pada waktu shalat Dhuhur dan Ashar Rasulullah-ﷺ- membaca (surat) "WAS SAMAA`I WAT THAARIQ dan WAS SAMAA`I DZAATIL BURUUJ serta surat-surat seperti itu."
[HR. Abu Dawud No. 805]
3)• SURAT YANG SUNNAH DIBACA PADA SHALAT MAGHRIB
أ). بِالطُّورِ
ب). بِقِصَارِ الْمُفَصَّلِ (Surat Surat Pendek)
ج). بِسُورَةِ الْأَعْرَافِ فَرَّقَهَا فِي رَكْعَتَيْنِ (Surat Al A'raf Dibagi Dua Sebagian Dibaca Pada Rakaat Pertama Sebagian Dibaca Pada Rakaat Yang Kedua)
د). يَقْرَأُ وَالْمُرْسَلَاتِ
ه). يَقْرَأُ بِطُولَى الطُّولَيَيْنِ (معناه اطوال السورتين أي الاعراف والاخرى الأنغام).
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ :
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -ﷺ- قَرَأَ فِي الْمَغْرِبِ بِالطُّورِ
[رواه البخاري/ كتاب الأذان / باب الجهر في المغرب / حديث رقم: ٧٦٥].
‘Abdullah bin Yusuf telah menceritakan kepada kami, beliau berkata: Malik mengabarkan kepada kami dari Ibnu Syihab. Dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im. Dari Ayahnya, beliau mengatakan: Aku mendengar Rasulullah -ﷺ- membaca surah Ath-Thur dalam salat Magrib.
[HR. Bukhariy No. 765].
أَخْبَرَنَا هَارُونُ بْنُ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي فُدَيْكٍ ، عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ بُكَيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ:
«مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَحَدٍ أَشْبَهَ صَلَاةً بِرَسُولِ اللهِ -ﷺ- مِنْ فُلَانٍ. قَالَ سُلَيْمَانُ:
كَانَ يُطِيلُ الرَّكْعَتَيْنِ الْأُولَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ، وَيُخَفِّفُ الْأُخْرَيَيْنِ، وَيُخَفِّفُ الْعَصْرَ، وَيَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِقِصَارِ الْمُفَصَّلِ، وَيَقْرَأُ فِي الْعِشَاءِ بِوَسَطِ الْمُفَصَّلِ، وَيَقْرَأُ فِي الصُّبْحِ بِطُوَلِ الْمُفَصَّلِ».
[رواه النسائي / ١١ - كتاب: الافتتاح / ٦١ - تخفيف القيام والقراءة / رقم الحديث : ٩٨٢]
Telah mengabarkan kepada kami : Harun bin Abdullah, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Ibnu Abu Fudaik. Dari Adl Dlahak bin Utsman. Dari Bukair bin Abdullah. Dari Sulaiman bin Yasar. Dari Abu Hurairah, radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata;
"Aku belum pernah shalat di belakang imam yang lebih mirip dengan shalatnya Rasulullah -ﷺ- daripada shalat di belakang si Fulan." Sulaiman berkata; 'la memperlama dua rakaat pertama pada shalat Dzuhur dan meringankannya pada dua rakaat terakhir. la juga meringankan shalat Ashar, MEMBACA SURAT-SURAT PENDEK PADA SHALAT MAGHRIB (بِقِصَارِ الْمُفَصَّلِ), membaca surat yang sedang pada shalat Isya dan membaca surat yang panjang pada shalat Subuh."
[HR. Nasa'i No. 982]
قال الحافظ أحمد بن علي بن حجر العسقلاني الشافعي (٧٧٣ - ٨٥٢ هـ) في كتابه فتح الباري شرح صحيح البخاري / ١٠ - كتاب الأذان / ١٠٦ - باب الجمع بين السورتين في الركعة والقراءة بالخواتيم وبسورة قبل سورة وبأول سورة (ج ٢ ص ٢٥٩):
وَسُمِّيَ مُفَصَّلًا لِكَثْرَةِ الْفَصْلِ بَيْنَ سُوَرِهِ بِالْبَسْمَلَةِ عَلَى الصَّحِيحِ.
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Al-Hafidz Ahmad bin Ali bin Hajar Al-Asqalaniy Al-Syafi'iy (773 - 852 H) mengatakan dalam Kitabnya Fathu Al-Bariy Syarhu Shahih Al-Bukhariy / 10 - Kitab Adzan / 106 - Bab Penggabungan Dua Surah Dalam Satu Rakaat Dan Membaca Dengan Beberapa Akhiran Dengan Satu Surah Sebelum Surah, Dan Dengan Awwal Surah (Vol. 2, Hal. 259):
Disebut Mufashshil karena seringnya dipisahkan antara surahnya dengan "basmalah", menurut pandangan yang benar.
وقال الإمام عبد الرحمن بن أبي بكر، جلال الدين السيوطي الشافعي (ت ٩١١هـ) في كتابه الاتقان في علوم القران/ المجلد الأول / النوع الثامن عشر: في جمعه وترتيبه (ج ١ ص ٢٢٢):
فَائِدَةٌ : لِلْمُفَصَّلِ طِوَالٌ وَأَوْسَاطٌ وَقِصَارٌ قَالَ ابْنُ مَعْنٍ: فَطِوَالُهُ إِلَى عَمَّ وَأَوْسَاطُهُ مِنْهَا إِلَى الضُّحَى وَمِنْهَا إِلَى آخِرِ الْقُرْآنِ قِصَارُهُ. هَذَا أَقْرَبُ مَا قِيلَ فِيهِ. انتهى.
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Imam Abdurrahman bin Abi Bakar Jalaluddin Al-Suyuthiy Al-Syafi'iy (w. 911 H) mengatakan dalam kitabnya Al-Itqan Fi Ulumi Al-Qur'an / Jilid Satu / Bentuk Ke Delapan Belas: Dalam Pengumpulan Dan Pengaturannya (Vol. 1, Hal. 222):
Faidah : Untuk Surat Mufashshil ada yang panjang, sedang, dan pendek. Ibnu Ma'in berkata: PALING PANJANGNYA : sepanjang Al-Qur'an sampai Juz 'Amma, dan SEDANGNYA : dari Juz 'Amma hingga Surat Wa Dluha, dan YANG PALING PENDEK : dari Surah Wadl Dluha hingga akhir Al-Qur'an. Paling pendeknya Inilah hal yang paling dekat dengan apa yang dikatakan tentang hal itu (Mufashshal).
وجاء في كتاب الموسوعة الفقهية الكويتية صادر عن: وزارة الأوقاف والشئون الإسلامية - الكويت / لقراءة في الصلاة / ما يسن من القراءة في الصلاة (ج ٣٣ ص ٤٨):
لَكِنَّ الْفُقَهَاءَ اخْتَلَفُوا فِي الْمُفَصَّل:
فَذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ إِلَى أَنَّ طِوَال الْمُفَصَّل مِنَ (الْحُجُرَاتِ) إِلَى (الْبُرُوجِ) ، وَالأَْوْسَاطَ مِنْهَا إِلَى (لَمْ يَكُنْ) ، وَالْقِصَارَ مِنْهَا إِلَى آخِرِ الْقُرْآنِ.
وَعِنْدَ الْمَالِكِيَّةِ طِوَال الْمُفَصَّل مِنَ (الْحُجُرَاتِ) إِلَى (النَّازِعَاتِ) ، وَأَوْسَاطُهُ مِنْ (عَبَسَ) إِلَى (الضُّحَى) ، وَقِصَارُهُ مِنَ (الضُّحَى) إِلَى آخِرِ الْقُرْآنِ.
وَقَال الشَّافِعِيَّةُ: طِوَال الْمُفَصَّل كَالْحُجُرَاتِ وَاقْتَرَبَتْ وَالرَّحْمَنُ، وَأَوْسَاطُهُ كَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَاللَّيْل إِذَا يَغْشَى، وَقِصَارُهُ كَالْعَصْرِ وَقُل هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ.
وَذَهَبَ الْحَنَابِلَةُ إِلَى أَنَّ أَوَّل الْمُفَصَّل سُورَةُ ق، لِحَدِيثِ أَوْسِ بْنِ حُذَيْفَةَ قَال: " سَأَلْتُ أَصْحَابَ رَسُول اللَّهِ -ﷺ- كَيْفَ يُحَزِّبُونَ الْقُرْآنَ؟ قَالُوا: ثَلاَثٌ وَخَمْسٌ، وَسَبْعٌ، وَتِسْعٌ، وَإِحْدَى عَشْرَةَ، وَثَلاَثَ عَشْرَةَ، وَحِزْبُ الْمُفَصَّل وَحْدَهُ ". [ رواه أحمد وأبو داود ]
*╾─⃟ꦽ⃟𖧷۪۪ᰰ᪇ 💫Hal ini tertuang dalam buku Al Mausu'ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (The Kuwaiti Jurisprudence Encyclopedia) yang diterbitkan oleh: The Ministry of Endowments and Islamic Affairs - Kuwait / Bacaan Saat Salat / Apa Sunnah Yang Dibaca Saat Salat (Vol. 33, Hal. 48):
Namun para ahli hukum berbeda pendapat mengenai Mufashshal:
Mazhab Hanafiyyah berpendapat bahwa paling panjangnya Mufashshal adalah dari (Surah Al Hujurat) hingga (Al Buruuj), dan bagian tengahnya dari (Surah Al Buruuj) sampai ke (Surah Lam Yakun). Dan yang paling pendek dari (Surah Lam Yakun) sampai akhir Al-Qur'an.
Menurut Malikiyyah, panjang mufashshalnya dari (Surah Al al-Hujurat) sampai (Al-Naazi`at), bagian tengahnya dari (Surah 'Abasa) sampai (Surah Al-Dhuha), dan bagian pendeknya dari (Al Dhuha) sampai akhir Al-Qur'an..
Madzhab Syafi'iyyah berkata: Panjangnya seluruhnya seperti Surat "Al Hujuraat", "Waqtarabat", dan "Ar Rahman". Dan tengahnya seperti Surat Wasysyamsi Wa Dluhaha", dan "Wallaili Idza Yaghsya". Dan pendeknya seperti Surat "Wal 'Ashri", dan Qaul Huwallaahu Ahad".
Kalangan Hanabillah berpandangan bahwa awal Surah Mufashshil adalah Surat "Qaaf", berdasarkan hadits Aus bin Hudkaifah radliyyAllahu 'anhu yang mengatakan: “Aku bertanya kepada para sahabat Rasulullah -ﷺ- Bagaimana kalian membagi pengelompokan Al qur'an?, mereka menjawab : kami membaginya menjadi tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan golongan Al mufashshal (yaitu dari surat QAF sampai akhir Al Qur'an).
[HR. Ahmad Dan Abu Dawud]
أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللهِ بْنُ سَعِيدٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللهِ بْنُ الْحَارِثِ ، عَنِ الضَّحَّاكِ بْنِ عُثْمَانَ، عَنْ بُكَيْرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ الْأَشَجِّ ، عَنْ سُلَيْمَانَ بْنِ يَسَارٍ ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ:
«مَا صَلَّيْتُ وَرَاءَ أَحَدٍ أَشْبَهَ صَلَاةً بِرَسُولِ اللهِ -ﷺ- مِنْ فُلَانٍ، فَصَلَّيْنَا وَرَاءَ ذَلِكَ الْإِنْسَانِ، وَكَانَ يُطِيلُ الْأُولَيَيْنِ مِنَ الظُّهْرِ، وَيُخَفِّفُ فِي الْأُخْرَيَيْنِ، وَيُخَفِّفُ فِي الْعَصْرِ،وَيَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِقِصَارِ الْمُفَصَّلِ، وَيَقْرَأُ فِي الْعِشَاءِ بِـ (الشَّمْسِ وَضُحَاهَا) وَأَشْبَاهِهَا، وَيَقْرَأُ فِي الصُّبْحِ بِسُورَتَيْنِ طَوِيلَتَيْنِ».
[رواه النسائي / ١١ - كتاب: الافتتاح / ٦٢ - باب القراءة في المغرب بقصار المفصل / رقم الحديث: ٩٨٣].
Telah mengabarkan kepada kami : 'Ubaidullah bin Sa'id, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami : 'Abdullah bin Al Harits. Dari Adl Dlahak bin 'Utsman. Dari Bukair bin 'Abdillah bin Al Asyaj. Dari Sulaiman bin Yasar. Dari Abu Hurairah radliyyAllahu 'anhu, beliau berkata;
"Aku belum pernah shalat di belakang imam yang lebih mirip dengan shalatnya Rasulullah -ﷺ- daripada shalat di belakang si Fulan. Kami shalat di belakang orang tersebut dan dia memperlama 2 rakaat pertama shalat dzhuhur serta meringankan 2 rakaat terakhir. la juga meringankan shalat Ashar DAN MEMBACA SURAT Pendek Pada Shalat Maghrib. Pada shalat Isya' ia membaca surah "Wasysamsi wadluhaha" (Qs. Asy-Syamsy) dan yang sepadan dengannya, sedangkan pada shalat Subuh ia membaca dua surat yang panjang."
[HR. Nasa'i No. 983]
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ قَالَ حَدَّثَنَا بَقِيَّةُ وَأَبُو حَيْوَةَ عَنْ ابْنِ أَبِي حَمْزَةَ قَالَ حَدَّثَنَا هِشَامُ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ :
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -ﷺ- قَرَأَ فِي صَلَاةِ الْمَغْرِبِ بِسُورَةِ الْأَعْرَافِ فَرَّقَهَا فِي رَكْعَتَيْنِ
[رواه النسائي / كتاب الافتتاح / القراءة في المغرب بالمص / حديث رقم: ٩٩١].
Telah mengabarkan kepada kami : 'Amr bin 'Utsman, dia berkata; Baqiyah dan Abu Haiwah dari Ibnu Abu Hamzah, dia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Hisyam bin 'Urwah. Dari Bapaknya. Dari 'Aisyah radliyyAllahu 'anha :
Bahwa Rasulullah -ﷺ- pernah membaca surat Al A'raf pada shalat Maghrib dengan membaginya dalam dua rakaat.
[HR. Nasa'i No. 992]
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ قَالَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُتْبَةَ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّهُ قَالَ :
إِنَّ أُمَّ الْفَضْلِ سَمِعَتْهُ وَهُوَ يَقْرَأُ وَالْمُرْسَلَاتِ عُرْفًا فَقَالَتْ يَا بُنَيَّ وَاللَّهِ لَقَدْ ذَكَّرْتَنِي بِقِرَاءَتِكَ هَذِهِ السُّورَةَ إِنَّهَا لَآخِرُ مَا سَمِعْتُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ- يَقْرَأُ بِهَا فِي الْمَغْرِبِ
[رواه البخاري/ كتاب الأذان / باب القراءة في المغرب / حديث رقم : ٧٤٢].
Telah menceritakan kepada kami : 'Abdullah bin Yusuf, ia berkata : Telah mengabarkan kepada kami : Malik. Dari Ibnu Syihab. Dari 'Ubaidullah bin 'Abdullah bin 'Utbah. Dari Ibnu 'Abbas radliyaAllahu 'anhuma, beliau mengatakan :
Bahwa Ummu Al Fadll pernah mendengarnya membaca Wal mursalaati 'urfa. Maka Ummu Al Fadll pun berkata, "Wahai ananda, bacaan surahmu ini telah mengingatkan aku. Sungguh itu adalah surah terakhir yang aku dengar dibaca oleh Rasulullah -ﷺ- ketika beliau membacanya pada shalat Maghrib."
[HR. Bukhariy No. 742]
حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ عَنْ ابْنِ أَبِي مُلَيْكَةَ عَنْ عُرْوَةَ بْنِ الزُّبَيْرِ عَنْ مَرْوَانَ بْنِ الْحَكَمِ قَالَ : قَالَ لِي زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ :
مَا لَكَ تَقْرَأُ فِي الْمَغْرِبِ بِقِصَارٍ؟ وَقَدْ سَمِعْتُ النَّبِيَّ -ﷺ- يَقْرَأُ بِطُولَى الطُّولَيَيْنِ (معناه اطوال السورتين أي الاعراف والاخرى الأنغام).
[رواه البخاري / كتاب الأذان / باب القراءة في المغرب / حديث رقم: ٧٦٤].
Telah menceritakan kepada kami : Abu 'Ashim. Dari Ibnu Juraij. Dari Ibnu Abu Mulaikah. Dari 'Urwah bin Az Zubair. Dari Marwan bin Al Hakam, ia berkata, " [Zaid bin Tsabit] berkata kepadaku, "Kenapa kamu dalam shalat Maghrib membaca surah-surah yang pendek? Sungguh aku pernah mendengar Nabi -ﷺ- membaca dengan surah-surah yang panjang." (Artinya paling panjangnya 2 surat yakni "Al A'raf" dan yang lain "Al An'am").
[HR. Bukhari No. 764]
4)• SURAT YANG SUNNAH DIBACA PADA SHALAT ISYA'
أ). { وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ }
ب). بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا + سَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى
ج). بِاسْمِ رَبِّكَ + وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى
د). بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا + وَنَحْوِهَا مِنْ السُّوَرِ
ه). بِالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ
و). بِسُوَرٍ مِنْ أَوْسَاطِ الْمُفَصَّلِ = سُورَةِ الْمُنَافِقِينَ وَأَشْبَاهِهَا
ج).بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا + وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ عَنْ عَدِيِّ بْنِ ثَابِتٍ أُرَاهُ قَالَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ قَالَ :
سَمِعْتُ النَّبِيَّ -ﷺ- يَقْرَأُ فِي الْعِشَاءِ { وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ } فَمَا سَمِعْتُ أَحَدًا أَحْسَنَ صَوْتًا أَوْ قِرَاءَةً مِنْهُ
[رواه البخاري واللفظ له / كتاب التوحيد / باب قول النبي الماهر بالقرآن مع الكرام البررة / حديث رقم: ٧٥٤٦. وأحمد / مسند الكوفيين / حديث البراء بن عازب / حديث رقم: ١٨٦٨١].
Telah menceritakan kepada kami : Abu Nu'aim. Telah menceritakan kepada kami : Mis'ar. Dari 'Adi bin Tsabit seingatku Ia berkata : "Pernah aku mendengar Al Bara' radliyyAllahu 'anhu berkata;
"Saya pernah mendengar Nabi -ﷺ- saat shalat Isya membaca 'WATTIINI WAZZAITUUNA (surat At Tiin) '. Dan belum pernah kudengar seorang pun yang lebih indah suaranya, atau bacaannya daripada beliau -ﷺ-."
[HR. Ahmad. Teks Milik Bukhariy No. 7546. Dan Muslim]
و حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا لَيْثٌ قَالَ ح و حَدَّثَنَا ابْنُ رُمْحٍ أَخْبَرَنَا اللَّيْثُ عَنْ أَبِي الزُّبَيْرِ عَنْ جَابِرٍ أَنَّهُ قَالَ :
صَلَّى مُعَاذُ بْنُ جَبَلٍ الْأَنْصَارِيُّ لِأَصْحَابِهِ الْعِشَاءَ فَطَوَّلَ عَلَيْهِمْ فَانْصَرَفَ رَجُلٌ مِنَّا فَصَلَّى فَأُخْبِرَ مُعَاذٌ عَنْهُ فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَلَمَّا بَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ -ﷺ-. فَأَخْبَرَهُ مَا قَالَ مُعَاذٌ فَقَالَ لَهُ النَّبِيُّ -ﷺ-. أَتُرِيدُ أَنْ تَكُونَ فَتَّانًا يَا مُعَاذُ إِذَا أَمَمْتَ النَّاسَ فَاقْرَأْ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَاقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى
[رواه مسلم / كتاب الصلاة / باب القراءة في العشاء / حديث رقم: ١٠٤١].
Dan telah menceritakan kepada kami : Qutaibah bin Sa'id. Telah menceritakan kepada kami : Laits, dia berkata, --(Lewat jalur periwayatan lain)-- Dan telah menceritakan kepada kami : Ibnu Rumh. Telah mengabarkan kepada kami : Al-Laits. Dari Abu Az-Zubair. Dari Jabir radliyyAllahu 'anhu: Bahwasanya dia berkata, "Mu'adz bin Jabal al-Anshariy SHALAT ISYA' mengimami para sahabatnya, lalu dia memanjangkan bacaannya atas mereka, maka seorang laki-laki dari kalangan kami berpaling, lalu shalat sendirian. Lalu Mu'adz diberitahu tentangnya, maka dia berkata, 'Dia seorang yang munafik.' Ketika hal tersebut sampai pada laki-laki tersebut maka dia mengunjungi Rasulullah -ﷺ-, lalu mengabarkan kepadanya sesuatu yang dikatakan Mu'adz. Maka Nabi -ﷺ- bersabda kepadanya :
'Apakah kamu ingin menjadi pemfitnah (yang membuat orang lain lari dari agama) wahai Mu'adz?. Apabila kamu mengimami manusia, maka bacalah surat "Asy-Syams Wa Dluhaha", "Sabbihisma Rabbika al-A'la", dan "Iqra' Bismi Rabbika", serta Wa Al-Laili idza Yaghsya'."
[HR. Muslim No. 1041]
حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْخُزَاعِيُّ الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ بْنُ وَاقِدٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- يَقْرَأُ فِي الْعِشَاءِ الْآخِرَةِ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَحْوِهَا مِنْ السُّوَرِ
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ الْبَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ وَأَنَسٍ
قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ بُرَيْدَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ وَقَدْ رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ -ﷺ- أَنَّهُ قَرَأَ فِي الْعِشَاءِ الْآخِرَةِ بِالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ وَرُوِيَ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّهُ كَانَ يَقْرَأُ فِي الْعِشَاءِ بِسُوَرٍ مِنْ أَوْسَاطِ الْمُفَصَّلِ نَحْوِ سُورَةِ الْمُنَافِقِينَ وَأَشْبَاهِهَا وَرُوِيَ عَنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ -ﷺ- وَالتَّابِعِينَ أَنَّهُمْ قَرَءُوا بِأَكْثَرَ مِنْ هَذَا وَأَقَلَّ فَكَأَنَّ الْأَمْرَ عِنْدَهُمْ وَاسِعٌ فِي هَذَا وَأَحْسَنُ شَيْءٍ فِي ذَلِكَ مَا رُوِيَ عَنْ النَّبِيِّ -ﷺ- أَنَّهُ قَرَأَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَالتِّينِ وَالزَّيْتُونِ
[رواه الترمذي واللفظ له / أبواب الصلاة / باب ما جاء في القراءة في صلاة العشاء / حديث رقم: ٣٠٩. والنسائي]
Telah menceritakan kepada kami : Abdah bin Abdullah Al Khuza'i Al Bashri, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Zaid bin Al Hubab, ia berkata; Telah menceritakan kepada kami : Husain bin Waqid. Dari 'Abdullah bin Buraidah. Dari Ayahnya, ia berkata;
"Rasulullah -ﷺ- dalam shalat isya` yang akhir membaca WASY SYAMSI WA DLHUHAHA dan surat-surat yang semisal."
Ia berkata; "Dalam bab ini juga ada riwayat dari Al Bara` bin 'Azib dan Anas."
Abu Isa (At Tirmidziy) berkata; "Hadits Buraidah ini DERAJATNYA HASAN. Diriwayatkan dari Nabi -ﷺ- bahwa beliau dalam shalat isya` yang akhir membaca WATTINI WAZZAITUN. Diriwayatkan dari Utsman bin 'Affan, dalam shalat isya` ia membaca surat-surat yang sedang semisal surat Al Munafikun dan surat-surat yang semisal." Telah diriwayatkan pula dari sahabat Nabi -ﷺ- dan tabi'in bahwa mereka kadang membaca surat yang lebih panjang dan kadang dengan surat yang lebih pendek, seakan-akan perkara ini sangat fleksibel bagi mereka. Namun yang lebih baik adalah yang diriwayatkan dari Nabi -ﷺ-, beliau membaca WASY SYAMSI WA DLUHAHA dan WATTIINI WAZZAITUUN."
[HR. Tirmidziy No. 309, Teks Miliknya. Dan Nasa'i].
5)• SURAT YANG SUNNAH DIBACA PADA SHALAT SUBUH
Ketika mengerjakan shalat Shubuh pada hari Jum'at, beliau membaca:
"ALIF LAAM MIIM TANZIIL" (surat As Sajadah) dan, "HAL ATAA 'ALAL INSAANI HIINUM MINAD DAHRI" (surat Al Insan
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدَةُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ سُفْيَانَ عَنْ مُخَوَّلِ بْنِ رَاشِدٍ عَنْ مُسْلِمٍ الْبَطِينِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ :
أَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ-, كَانَ يَقْرَأُ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ يَوْمَ الْجُمُعَةِ الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةِ وَهَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنْ الدَّهْرِ وَأَنَّ النَّبِيَّ -ﷺ- كَانَ يَقْرَأُ فِي صَلَاةِ الْجُمُعَةِ سُورَةَ الْجُمُعَةِ وَالْمُنَافِقِينَ.
[رواه مسلم / ٧ - كتاب الجمعة / ١٧ - باب ما يقرأ في يوم الجمعة / رقم الحديث: ٨٧٩].
Telah menceritakan kepada kami : Abu Bakar bin Abu Syaibah. Telah menceritakan kepada kami : 'Abdah bin Sulaiman. Dari Sufyan. Dari Mukhawwal bin Rasyid. Dari Muslim Al Bathin. Dari Sa'id bin Jubair. Dari Ibnu Abbas radliyaAllahu 'anhuma: bahwa biasanya Nabi -ﷺ- ketika mengerjakan shalat Shubuh pada hari Jum'at, beliau membaca:
"ALIF LAAM MIIM TANZIIL" (surat As Sajadah) dan, "HAL ATAA 'ALAL INSAANI HIINUM MINAD DAHRI" (surat Al Insan).
Dan dalam shalat Jum'at beliau membaca surat Al Jumu'ah dan surat Al Munafiqun.
[HR. Muslim No. 879].
6)• SURAT YANG SUNNAH DIBACA PADA SHALAT JUM'AT PADA WAKTU SUBUH DAN BERSAMAAN SHALAT IED
a. MEMBACA SURAT AL A'LA DAN SURAT AL GHASYIAH dalam shalat dua hari raya dan shalat Jum'at
b. PADA HARI JUM'AT DALAM SHALAT FAJAR membaca:
"ALIF LAAM MIIM TANZIIL (Surah As Sajadah), dan 'HAL ATAA 'ALAL INSAANI HIINUM MINAD DAHRI (Surah Al Insaan)
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَأَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَإِسْحَقُ جَمِيعًا عَنْ جَرِيرٍ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْتَشِرِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ حَبِيبِ بْنِ سَالِمٍ مَوْلَى النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -ﷺ- يَقْرَأُ فِي الْعِيدَيْنِ وَفِي الْجُمُعَةِ بِسَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَهَلْ أَتَاكَ حَدِيثُ الْغَاشِيَةِ قَالَ وَإِذَا اجْتَمَعَ الْعِيدُ وَالْجُمُعَةُ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ يَقْرَأُ بِهِمَا أَيْضًا فِي الصَّلَاتَيْنِ و حَدَّثَنَاه قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ إِبْرَاهِيمَ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْتَشِرِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ
[رواه مسلم / كتاب الجمعة / باب ما يقرأ في صلاة الجمعة / حديث رقم: ٢٠٢٨].
Telah menceritakan kepada kami : Yahya bin Yahya dan Abu Bakar bin Abu Syaibah dan Ishaq semuanya dari Jarir - [Yahya] berkata : - Telah mengabarkan kepada kami : Jarir. Dari Ibrahim bin Muhammad bin Al Muntasyir. Dari Bapaknya. Dari Habib bin Salim (Maula Nu'man bin Basyir). Dari Nu'man bin Basyir, beliau berkata;
"Rasulullah -ﷺ- biasa membaca surat Al A'la dan surat Al Ghasyiah dalam shalat dua hari raya dan shalat Jum'at. Bila shalat Ied bertepatan dengan hari Jum'at, beliau juga membaca kedua surat tersebut dalam kedua shalat itu."
Dan telah menceritakannya kepada kami : Qutaibah bin Sa'id. Telah menceritakan kepada kami : Abu 'Awanah. Dari Ibrahim bin Muhammad bin Al Muntasyir, dengan sanad-sanad ini.
[HR. Muslim No. 2028]
حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ قَالَ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ سَعْدِ بْنِ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ هُوَ ابْنُ هُرْمُزَ الْأَعْرَجُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ :
كَانَ النَّبِيُّ -ﷺ- يَقْرَأُ فِي الْجُمُعَةِ فِي صَلَاةِ الْفَجْرِ الم تَنْزِيلُ السَّجْدَةَ وَهَلْ أَتَى عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنْ الدَّهْرِ
[رواه البخاري / كتاب الجمعة / باب ما يقرأ في صلاة الفجر يوم الجمعة / حديث رقم: ٨٩١].
Telah menceritakan kepada kami : Abu Nu'aim, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami : Sufyan. Dari Sa'd bin Ibrahim. Dari 'Abdurrahman -(yaitu Ibnu Hurmuz Al A'raj)- Dari Abu Hurairah radliyaAllahu 'anhu, beliau berkata :
"Nabi -ﷺ- PADA HARI JUM'AT DALAM SHALAT FAJAR membaca: "ALIF LAAM MIIM TANZIIL (Surah As Sajadah), dan 'HAL ATAA 'ALAL INSAANI HIINUM MINAD DAHRI (Surah Al Insaan)."
[HR. Bukhari No. 891]
Magelang: 28/10/2023 M
