*•••⊰✿ৡৢ˚❁ ٢٨ محـــرم ١٤٤٦ هـ ❁˚ৡ✿⊱•••*
─═हই• ⃟ ⃟ •⊰❂͜͡✯━━━━━━━━━━━━━┓
•⊰❂͜͡✯﷽✯͜͡❂⊱• 𝐌𝐄𝐍𝐃𝐀𝐏𝐀𝐓 𝐈𝐋𝐌𝐔 𝐌𝐔𝐊𝐀𝐒𝐘𝐀𝐅𝐀𝐇 (𝐖𝐄𝐑𝐔𝐇 𝐒𝐀𝐊 𝐃𝐔𝐑𝐔𝐍𝐆𝐄 𝐖𝐈𝐍𝐀𝐑𝐀𝐇, 𝐇𝐀𝐓𝐈 𝐃𝐈𝐏𝐄𝐍𝐔𝐇𝐈 𝐂𝐀𝐇𝐀𝐘𝐀 𝐒𝐄𝐇𝐈𝐍𝐆𝐆𝐀 𝐓𝐀𝐇𝐔 𝐒𝐄𝐁𝐄𝐋𝐔𝐌 𝐃𝐈𝐀𝐉𝐀𝐑𝐊𝐀𝐍, 𝐈𝐋𝐌𝐔𝐍𝐘𝐀 𝐏𝐀𝐑𝐀 𝐖𝐀𝐋𝐈) 𝐆𝐀𝐑𝐀 𝐆𝐀𝐑𝐀 𝐊𝐄𝐍𝐓𝐔𝐓 𝐊𝐄𝐑𝐀𝐒 𝐒𝐄𝐎𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐖𝐀𝐍𝐈𝐓𝐀
┗━━━━━━━━━━━━━✯͜͡❂⊱• ⃟ ⃟ •ইह═─
❁˚ৡ✿⊱•Syaikh Muhammad Nawawiy bin Umar Al Bantaniy Al Jawiy Al Indonisiy Asy Syafi'iy berkata dalam Kitabnya Mirqotu Shu'udi At Tashdiqi Fi Syarhi Sulam At Taufiq (Hal. 180):
(فائدة) : حكي أن امرأة ذهبت إلى الدكان للشراء ، فلما انتهت إليه خرج ريحها فاصفر وجهها من شدة الخجل فعرف صاحب الدكان ذلك فلما سألته عن شيئ أجابها بأخر وهذا مرار على هيئة الأصم لتظن أنه أصم لأجل ستر عوراتها فظنت بذالك أن هذا الرجل أصم وأنه لم يسمع خروج الريح منها فانبسط وجهها وفرحت بذلك ثم ذهبت ولم تشتر منه شيئا ثم أفاض الله النور على قلب ذلك الرجل ورزقه الكشف بسبب ستره لها. انتهى
[انظر كتاب مرقاة صعود التصديق في شرح سلم التوفيق : (ص ١٨٠) / وحد القاذف وكفارة الظهار/ المؤلف : محمد بن عمر نووي البنتني الجاوي الاندونيسي ثم المكي الشافعي / الطبعة دار الكتب العلميه - DKI, بدون السنة].
(Faidah): Diceritakan suatu kali, seorang wanita pergi ke sebuah toko untuk membeli sesuatu yang sedang ia butuhkan. Sesampainya di toko yang dituju, tidak sengaja dirinya kentut. Seketika wajah si wanita berubah pucat pasi lantaran saking malunya. Terlebih lagi, kejadian tersebut diketahui oleh laki-laki pemilik toko.
Dalam kondisi perasaan tak karuan serta menahan malu, dengan gugup wanita itu tetap bertanya tentang kebutuhan yang akan ia beli kepada laki-laki penjual tadi.
Namun, bukannya menjawab pertanyaan si wanita, penjual itu malah menjawab hal lain dan tidak sesuai dengan apa yang tadi ditanyakan.
Berkali-kali wanita itu bertanya, jawabannya selalu tidak nyambung. Hal ini berlangsung terus menerus seakan penjual tadi adalah seorang yang tuli.
Akhirnya wanita tersebut berpikir dan meyakini bahwa penjual di toko ini adalah seorang yang tuli dan itu artinya tadi si penjual tidak mendengar dirinya kentut.
Menyadari hal tersebut, raut wajah wanita itu berangsur normal dan bersikap lebih santai, serta tidak memikirkan lagi hal memalukan tadi. Karena tidak kunjung mendapat jawaban yang sesuai dari penjual, si wanita bergegas pergi dari toko tanpa membeli suatu apa pun.
Padahal, pada kenyataannya laki-laki penjual itu bukanlah seorang yang tuli dan dia pun mendengar wanita tadi kentut. Hanya saja, ia sengaja melakukannya agar wanita itu menyangka dirinya seorang yang tuli, sehingga wanita tersebut tidak merasa malu karena tidak sengaja kentut.
Laki-laki ini berlaku seolah olah tidak nyambung dengan apa yang ditanyakan oleh siwanita, karena berniat menutupi aib dan rasa malu si wanita. KARENA SEBAB ITU, MAKA ALLAH MENCURAHKAN CAHAYA DI HATI PENJUAL TADI DAN MEMBERIKAN REZEKI KEPADANYA KASYAF (DISINGKAPKANNYA KEGAIBAN ATAU DIBUKAKAN MATA HATINYA OLEH ALLAH) SEBAB KEBAIKANNYA MENUTUPI AIB WANITA TERSEBUT. Selesai
❁˚ৡ✿⊱•Disebutkan oleh para Ulama' Laki - laki itu adalah Hathim bin 'Ulwan yang mendapatkan julukan Al-Asham (yang tuli), dikisahkan berkah beliau menutupi sifat malu seseorang, Allah mengangkatnya menjadi kekasih Allah Swt. Selesai
❁˚ৡ✿⊱•Sayaikh Muhammad Nawawiy Al Bantaniy Al Jawiy Al Indonisiy Asy Syafi'iy juga menceritakan dalam kitabnya yang lain Syarah Qami‘ut Thughyan 'Ala Mandzumati Syu'abu Al Iman (Hal. 22) :
والشعبة التاسعة والستون : ستر عيوب المسلمين : حكى أبو علي الدقاق : أن امرأة جائت الى سيدي حاتم بن علوان الاصم قدسه الله سره تسأله عن مسألة، فانفق أنه خرج منها صوت ريح فخجلت المرأة، فقال حاتم : "إرفعي صوتك" وأراها أنه أصم، فسرت المرأة بذلك، ورأت أنه لم يسمع الصوت، فبذلك سمى هذا الشيخ بالأصم.
[انظر كتاب قامع الطغيان على منظومة شعب الإيمان : (ص ٢٨) / الشعبة السادسة والستون / علامة علماء الآخرة / المؤلف : الشيخ محمد نووي بن عمر الجاوي البنتني الاندونيسي الشافعي].
Pada suatu ketika seorang perempuan mendatangi Syekh Hatim bin Ulwan untuk berkonsultasi atas problematika yang sedang dia hadapi. Diawali dengan basa-basi pembukaan, perempuan ini menceritakan kronologi permasalahannya panjang lebar. Namun, di saat itu ia merasakan keganjilan dalam perutnya. Angin panas dari dalam tubuhnya mendesak-desak untuk keluar. Ia ingin kentut. Dengan sekuat tenaga ia menahannya agar tidak keluar di hadapan seorang ulama besar yang disegani masyarakatnya. Alhamdulillah ia berhasil meredakan gejolak itu. Ia meneruskan cerita dengan sedikit gelisah. Ia kemudian menjelaskan masalah seperlunya. Karena kehilangan konsentrasi, ia mengakhiri ceritanya dengan sebuah pertanyaan. Tetapi malang, suara kentut dari duburnya terdengar persis di ujung kalimat pertanyaan. Angin panas itu nyeplos. Wajahnya merah karena malu. Ia kehilangan muka. Semua sikapnya menjadi salah. Mau sekali rasanya ia mati di tempat. Ia merasa telah menghina ulama besar yang dihormati penduduk seisi Khurasan di hadapannya. Ia memastikan Syaikh Hatim bin Ulwan mendengar suara kentut tersebut. Ia menunggu cemas kalimat yang keluar dari Syaikh Hatim bin Ulwan. Adapun Syaikh Hatim bin Ulwan yang sejak awal mendengarkan perempuan itu sambil mengusap-usap dagunya sempat terkejut. Tetapi ia berhasil menjaga sikap seolah tidak terjadi apa pun. Ia yakin tamunya tidak melakukan hal tidak sopan itu dengan niat dan sengaja. Ia tahu persis perempuan di hadapannya merasa bersalah hebat. Ia berpikir keras untuk mengembalikan harga diri tamunya. Ia tidak sampai hati membiarkan tamunya pulang dengan rasa bersalah secara moral. Segera saja terpikir olehnya untuk bersikap sebagai seorang tua yang kurang pendengaran. Ia meminta tamunya untuk mengulang pertanyaan tersebut. Ia memperlihatkan diri sebagai seorang tua yang tuli di hadapan tamunya.
إِرْفِعِيْ صَوْتَكِ
Artinya, “’Bisa diulang lebih keras,’ kata Hatim bin Ulwan,”. Wanita tersebut mengira ia adalah orang yang tuli, lalu ia merasa senang dengan hal itu, dan berpendapat bahwanya dia tidak mendengar suara tersebut, maka semenjak kejadian tersebut Syaikh ini disebut AL ASHOM (yang tuli). Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Sayaikh Muhammad Nawawiy bin 'Umar Al Bantaniy Al Jawiy Al Indonisiy Asy Syafi'iy juga menuturkan dalam Kitabnya Nashoihu Al 'Ibad 'Ala Manhiyyati 'Ala Al Isti'daat Liyaumi Al Ma'ad (Hal. 13):
والمقابلة الثالثة والعشرون عن حاتم الأصم رضي الله عنه وهو أبو عبد الرحمن بن حاتم بن علوان ويقال حاتم بن يوسف وهو من أكابر مشايخ خراسان وكان تلميذ شقيق.
وروي أنه جائت امرأة فيألت حاتما عن مسألة فاتفق أنه خرج منها في ذلك الحالة صوت فخجلت فقال حاتم : إرفعي صوتك، فأرى من نفسه أنه أصم فسرّت المرأة بذلك وقالت: إنه لم يسمع الصوت، فغلب عليه اسم الأصم.
(ما من صباح إلا ويقول الشيطان لي: ما تأكل، وما تلبس، وأين تسكن، فأقول له : آكل الموت) أي أذوق مرارة الموت (وألبس الكفن، وأسكن القبر فيهرب اي الشيطان بضم الراء (مني).
[انظر كتاب نصائح العباد على المنبهات على المنبهات على الاستعداد ليوم المعاد : (ص ١٣) / ٨ - باب الثلاثي / المؤلف : الشيخ محمد نووي بن عمر البنتني الجاوي الاندونيسي الشافعي / الناشر : مكتبة محمد بن احمد نبهان وأولاده - سورابايا إندونيسيا، بدون السنة].
Maqolah yang ke. 23. Dari Hatim Al-Asham, radliyyAllahu 'anhu. Beliau adalah Abu Abdirrahman bin Hatim bin 'Alwan, juga disebut Hatim bin Yusuf, dan beliau adalah salah satu syaikh terbesar Kurasan. dan merupakan murid Syaqiq Al Balkhi.
Diceritakan bahwasanya suatu hari datang seorang perempuan yang menanyakan suatu permasalanan pada Hatim. Kemudian tepat pada saat itu, terdengarlah suara kentut si perempuan cantik, yang membuatnya merasa malu.
Hatim pun berkata, Keraskan suaramu, wahai perempuan. Hal ini, seolah-olah Hatim memperlihatkan bahwa dirinya merupakan seorang tuli di hadapan si perempuan.
Setelah itu, perempuan itu merasa gembira dan mengatakan bahwa Hatim tidak mendengar suara kentutnya tadi. Semenjak peristiwa itulah, nama Al Ashom (yang tuli) melekat pada diri Hatim.
Hatim al Asham bercerita. “Ketika waktu pagi tiba, setan datang dan bertanya padaku, Apakah yang akan engkau makan, apa pula yang akan engkau pakai, dan di mana kamu akan tinggal? Aku pun menjawab, Aku akan mermakan kematian (artinya, aku akan mencicipi rasa pahit dari kematian) dan aku juga akan memakai kafan serta tinggal (berdiam) di alam kubur. Setelah mendengar jawabanku, maka setan berlari menjauh dariku.” Selesai
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ibnu Mulaqqin Asy Syafi'iy juga menjelaskan asal mula julukan Si Tuli bagi Imam Hatim dalam Kitabnya Thobaqotu Al Auliya' (Hal. 146):
إنه لقب بـ «الأصم» لأن امرأة سألته مسألة، فخرج منها صوت ريح من تحتها، فخجلت، فقال لها: «ارفعي صوتك»، وأراها من نفسه أنه أصم حتى سكن ما بها، فنُعت بالأصم
[انظر كتاب طبقات الأولياء، تأليف: ابن الملقن : (ص ١٤٦)].
Dia dijuluki “Al Ashom" (orang tuli) karena ada seorang wanita yang bertanya kepadanya, lalu terdengar suara kentut dari bawahnya, dan dia menjadi malu, lalu dia berkata kepadanya: “Keraskan suaramu,” dan dia membuat wanita itu merasa bahwa dia tuli sampai apa yang ada di dalam dirinya menjadi tenang, maka sejak saat itu ia dijuluki si tuli. Selesai.
❁˚ৡ✿⊱•Imam Ibnul Qayyim Al Jauziyyah Al Hanbaliy berkata dalam Kitabnya Madariju As Salikin Baina Manazili Iyyaka Na'budu Wa Iyyaka Nasta'in (Juz. 2 Hal. 328):
قَالَ أَبُو عَلِيٍّ الدَّقَّاقُ: جَاءَتِ امْرَأَةٌ فَسَأَلَتْ حَاتِمًا عَنْ مَسْأَلَةٍ؟ فَاتَّفَقَ أَنَّهُ خَرَجَ مِنْهَا صَوْتٌ فِي تِلْكَ الْحَالَةِ. فَخَجِلَتْ. فَقَالَ حَاتِمٌ: ارْفَعِي صَوْتَكِ. فَأَوْهَمَهَا أَنَّهُ أَصَمُّ. فَسُرَّتِ الْمَرْأَةُ بِذَلِكَ. وَقَالَتْ: إِنَّهُ لَمْ يَسْمَعِ الصَّوْتَ. فَلُقِّبَ بِحَاتِمٍ الْأَصَمِّ
وَهَذَا التَّغَافُلُ هُوَ نِصْفُ الْفُتُوَّةِ. وَأَمَّا نِسْيَانُ الْأَذِيَّةِ فَهُوَ بِأَنْ تَنْسَى أَذِيَّةَ مَنْ نَالَكَ بِأَذًى، لِيَصْفُوَ قَلْبُكَ لَهُ. وَلَا تَسْتَوْحِشَ مِنْهُ.
قُلْتُ: وَهُنَا نِسْيَانٌ آخَرُ أَيْضًا. وَهُوَ مِنَ الْفُتُوَّةِ. وَهُوَ نِسْيَانُ إِحْسَانِكَ إِلَى مَنْ أَحْسَنْتَ إِلَيْهِ، حَتَّى كَأَنَّهُ لَمْ يَصْدُرْ مِنْكَ. وَهَذَا النِّسْيَانُ أَكْمَلُ مِنَ الْأَوَّلِ.
وَفِيهِ قِيلَ:يَنْسَى صَنَائِعَهُ وَاللَّهُ يُظْهِرُهَا ... إِنَّ الْجَمِيلَ إِذَا أَخْفَيْتَهُ ظَهَرَا. انتهى
[انظر كتاب مدارج السالكين بين منازل إياك نعبد وإياك نستعين : (ج ٢ ص ٣٢٨) / درجات الفتوة / فصل الدرجة الثانية أن تقرب من يقصيك / المؤلف: محمد بن أبي بكر بن أيوب بن سعد شمس الدين ابن قيم الجوزية الحنبلي (ت ٧٥١هـ) / الناشر: دار الكتاب العربي - بيروت، الطبعة: الثالثة، ١٤١٦ هـ - ١٩٩٦ مـ].
Abu Ali Al-Daqqaq berkata: Seorang wanita datang dan bertanya kepada Hatim tentang suatu masalah? Kebetulan ada suara yang keluar dari dirinya dalam keadaan itu, maka wanita tersebut kelihatan malu. Hatim berkata (dengan berpura pura tidak nyambung agar wanita tersebut tidak merasa malu dengan aibnya yang dilakukannya secara tidak sengaja) :
"Keraskan suaramu" (diriwayatkan : hingga berulang ulang). Dia membuat wanita tersebut berpikir bahwa dia tuli. Wanita itu senang dengan hal itu. Dia berkata (dalam hati) : Beliau (Hatim) tidak mendengar suara itu. Kemudian semenjak itu beliau dijuluki Hatim Al Ashom (si Tuli).
TAGHOFUL (berarti menutup mata terhadap kesalahan, tidak menghitung perbuatan buruk, mengatasi kesalahan kecil, dan tidak fokus memburu hal-hal negatif) ini separuh dari FUTUWWAH (حميَّة، مروءة) MURU'AH KEWIBAWAAN. Adapun melupakan keburukan, artinya melupakan keburukan orang yang (secara umu) menyakitimu, agar hatimu jernih padanya. Dan jangan berkecil hati karenanya.
Saya berpendapat: Dan disana juga merupakan terdapat kelupaan lainnya lagi, ia adalah bentuk FUTUWWAH (KEWIBAWAAN). Yaitu melupakan kebaikanmu kepada orang yang kepadanya kamu berbuat baik, seolah-olah kebaikan itu tidak datang darimu. Kelupaan ini lebih lengkap dibandingkan yang pertama.
Dan dikatakan tentang dia: Dia lupa amalnya, tapi Allah mengungkapkannya... Sesungguhnya jika kamu menyembunyikan apa yang indah, maka akan terlihat. Selesai.
✯͜͡❂⊱•أَلحَمْدُ لِلّـهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتُمُّ الصّالِحَاتُ✯͜͡❂⊱•
•._.••´¯``•.¸¸.•` 🎀 𝒦𝓇𝒶𝒹𝑒𝓃𝒶𝓃 𝓈𝑒𝓁𝒶𝓉𝒶𝓃
𝒮𝓇𝓊𝓂𝒷𝓊𝓃𝑔
𝑀𝒶𝑔𝑒𝓁𝒶𝓃𝑔
🎀 `•.¸¸.•``¯´••._.•
٢٨ محـــرم ١٤٤٦ هـ
03/07/2024 ๓